Langsung ke konten utama

bukan kurcaci di negeri sendiri

kita bukan lagi kurcaci di negeri sendiri atau sebaliknyakah? tetapi kita masih merasa kerdil di negeri sendiri ataukah karena jerih paya kita yang tak lagi dihargai. ketika kita hidup, kita menjadi manusia yang berusaha hidup untuk sekedar numpang minum numpang makan di warung di tepi jalan atau di restoran-restoran yang harga seporsi makannya bisa untuk beli beras buat makan seminggu bagi orang-orang yang terlalu keras memeras keringatnya.

kita seharusnya bukan lagi menjadi kurcaci di negeri sendiri yang hingar-bingarnya diskotik dan tempat ajeb-ajeb lainnya hanya menjadi tontonan bagi kami, serupa debu-debu yang hinggap di setiap dinding dan celah-celah kotak pembuangan pendingin ruangan di setiap ruangnya.

bagaimana mungkin, kakek nenek kami yang merenggut kemerdekaan dari tangan asing sedang kita tak mampu menghargainya, sekedar berkirim doa atau mungkin dengan menaburkan bunga-bunga untuk nyekar di taman makam pahlawan. terkadang kita terlena dengan apa yang telah kita kerjakan dan apa yang kita dapatkan hari ini adalah hasil kerja keras kita. padahal jika kita mau memercayai, bahwa apapun bentuk keberhasilan dari kerja keras kita saat ini adalah hasil dari tirakat dan kerja keras serta doa-doa dari leluhur kita.

pemikiran-pemikiran yang tak masuk akal sebaiknya kita hilangkan dari diri kita, termasuk pemikiran-pemikiran yang negatif yang selalu nyinyir terhadap negeri sendiri, padahal tak semua dari kita adalah perusak negeri. pemimpin-pemimpin negeri juga tidak semuanya bertabiat dan berjiwa perusak. ingat perkataan teman nih, kalau memang selalu mencemooh pimpinan dan menyia-nyiakan negeri sendiri kenapa tak segera berkemas dan pindah jadi warga negara asing saja??? mungkin hal ini ada benarnya, tetapi tidak semudah itu, kalaupun memang ada orang yang tak suka dengan kepemimpinan dan aneka macam yang ada di negeri ini, kemudian langsung pindah ke luar negeri maka saya pikir itu kok berlebihan,,, meskipun dia yang melakukan hal seperti ini, tetap saja ia tetap anak negeri yang dilahirkan dari nenek moyang yang bernama Indonesia.

seperti kata pepatah kacang ora ninggal lanjaran dan kemana kaki berpijak di situ langit dijunjung, hal ini berarti bahwa meski di manapun kita tinggal dan kita dilahirkan, maka kita akan memegang teguh bahwa kita adalah berdarah Indonesia yang tak boleh begitu saja meninggalkan budaya serta adat istiadat negeri kita sendiri.

dan terakhir, kita seharusnya tak perlu malu untuk berkreasi dan berkarya lebih untuk bangsa dan negeri kita sendiri karena tidak selayaknya kita menjadi kurcaci dan budak di negeri sendiri. kita adalah penguasa negeri kita sendiri, negeri tercinta Indonesia.

salam...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Bersama Wardah Inspiring Teacher (WIT)

Belajar bersama Wardah Inspiring Teacher dan Kampus Guru Cikal di tahun 2020 Hmmmm... siapa sih yang tak ingin belajar barengan guru-guru senusantara... semua pasti ingin kan... Kali ini saya mencoba mengikuti seleksi WIT 2020 bersama 5000 guru lainnya... alhamdulillaah masuk seleksi. Selanjutnya ada tahapan seleksi kembali di tahap 1, mengikuti webinar tentang mengasah dan memupuk empati belajar murid, diskusi kelas di WAG bersama 250 guru lainnya dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Sebetulnya motivasi saya ikut karena pertama, ingin menimba ilmu, kedua, menambah jejaring, ketiga, ada banyak hal yang tak terkatakan... kamu mau tahu... kamu pasti tahu jawabannya tanpa harus kuberitahu panjang lebar. Sampailah di tahap 2 seleksi yang sekelas dengan para senior dan guru yang kompetensinya tak diragukan lagi di Komunitas Guru Belajar Nusantara. Minder... jelas itu, hati kecil saya menciut, tetapi saya sudah terlanjur bergerak dan melangkahkan kaki sampai sejauh ini. Mengingat kemba...

Dilema Melanda (Tugas Sekolah vs Beban Tugas)

Tugas Sekolah vs Beban Tugas Pernahkah kita merasakan mengerjakan sesuatu tetapi di luar minat kita... Pernahkah kita mencoba sesuatu di luar hobi kita... Pernahkah kita membuat sesuatu di luar kemampuan kita...   Baiklah, kita semua mungkin pernah mengalami hal tersebut tetapi semua akan terasa ringan jika semua karena kita yang mau atau kita yang inginkan. Bagaimana jika semuanya itu karena surat tugas, nah di sinilah rasa terpaksa dan tertekan, ah lebainya... hehehe Kenapa tertekan dan terpaksa... jawabannya adalah karena itu tak sesuai dengan minat kita. Bayangkan jika itu terjadi pada nak murid kita. Tugas yang berpusat dari guru untuk murid tanpa melihat latar belakang atau profil murid terlebih dahulu. hmmmm betapa menyakitkannya. Oke, selanjutnya saya akan bercerita kronologi kejadiannya. heheheh... Saya kaget waktu dapat surat tugas, karena dipikir pak Wakakur, saya sudah mahir membuat media pembelajaran berupa video. Kenapa dikira saya sudah mahir... karena selama pandemi...

pelatihan blog di perpusda lamongan

sabtu, 11 Juni 2016 di perpusda tepatnya, saya dan teman-teman dari penjuru lamongan sedang berkumpul, ceritanya nih lagi ngeblog bareng-bareng. apa sih blog dan bagaimana membuat serta memanfaatkannya ke dalam kehidupan kita sehari-hari. zaman sekarang kalau tak punya blog jadinya kurang keren lhoo,,, beneran, suer deh. tetapi di satu sisi, ketika kita sudah aktif ngeblog dan merasa menjadi blogger, kita harus bertanggungjawab penuh terhadap titel baru kita "blogger". sebab menjadi blogger berarti harus rajin menjadi pembaca apa saja agar hasil baca yang berupa "tulisan" menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. ngeblog bisa menjadi semacam buku harian buat kita, sebab dengan menulis di blog kita memunyai wadah berbagi cerita yang selanjutnya bisa kita share melalui akun medsos yang kita punya. semisal saya memunyai akun facebook, naahhh apapun yang kita tulis di blog kita, kita bisa membagikan di wall fb kita. dengan demikian, pembaca dan blogger lainn...